
Tips Memilih Ampli Bass
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar memilih ampli,
misalkan ampli
seperti apa yang murah dan bagus?(azas ekonomi), jenis ampli apa yang cocok dengan
musik ini/itu? Apakah ampli mahal soundnya
pasti bagus? Kalau kita mainnya masih
biasa-biasa saja, apa perlu pakai ampli yang bagus ‘banget’? dan banyak pertanyaan
lainnya yang berhubungan dengan amplifier. Hal ini wajar menurut gua, karena
pertanyaan ini tidak hanya diajukan oleh mereka yang baru mulai belajar
bass, namun
juga masih menjadi bahan pembicaraan dikalangan musisi yang
sudah senior.
Untuk gua sendiri ada beberapa pertimbangan dalam memilih ampli
(gua urut sesuai
kepentingannya), yaitu :
1. Budget
Berapa banyak uang / dana yang kita punyai. Ini awal dari semua
rencana kita
dalam membeli barang. Benar-benar harus dipikirkan dengan
matang, terutama untuk kita
memiliki dana terbatas. Teliti benar barang yang akan kita beli,
sesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan kita, jangan dipaksakan. Begitu pula
dengan mereka yang
memiliki kelebihan dana, jangan hanya karena mahal kita lantas
membeli ampli
tersebut
sementara sound dan karakter ampli tersebut tidak
kita perhatikan. Perlu diketahui bahwa
ampli mahal tidak menjamin kita suka dengan
soundnya..OK!?
2. Digunakan dimana?
Sebelum membeli ampli kita harus tahu akan digunakan dimana ampli
ini, apakah
hanya di kamar saja? Di studio? Recording? Atau untuk panggung. Disini sebenarnya
tidak ada patokan yang baku, namun gua menyarankan kepada mereka
yang mencari
ampli untuk kebutuhan panggung, sebaiknya mereka
memilih ampli
dengan watt diatas
65 watt. Ini dimaksudkan agar kita lebih mudah mendapatkan power
dari sound ampli
tersebut, dan tidak memaksakan volume yang bisa mengakibatkan
speaker menjadi
sember (lama-kelamaan).
3. Mencoba sound
Saat mencoba ampli kita gunakan bass kita sendiri, dengan
demikian sound yang
dihasilkannya akan murni dari bass yang memang kita gunakan.
Jangan mencoba ampli
yang kita inginkan dengan bass yang berbeda dari bass milik
kita, ini bisa membuat kita
‘tertipu’ dengan sound yang dihasilkannya.
Untuk settingannya, setting awal semua knob EQ arah jam 12, coba
selama
mungkin (antara 5 – 10 menit) dengan settingan bass yang biasa
kita mainkan. Kemudian
kita otak-atik EQ atau fasilitas lain yang terdapat pada ampli
tersebut untuk mencari
sound sesuai dengan yang kita inginkan (settingan bass jangan
diubah), kita coba bermain
dengan menggunakan teknik bermain bass, yaitu fingering, slap,
tap, atau dengan
menggunakan pick.
4. Amplifier
type combo atau head cabinet
Pilih combo atau cabinet? Jawabannya “terserah”, karena keduanya
saat ini sudah
sebanding. Memang bila kita melihat dari segi ‘performance’ head cabinet terlihat lebih
professional, tinggal suka tidaknya kita akan sound yang
dihasilkan. Untuk combo
sendiri, saat ini banyak combo dengan sound dan power yang ‘gila-gilaan’ tinggal selera
kita sesuai dengan yang mana.
5. Watt yang diinginkan
Ini berhubungan dengan tempat dimana kita akan menggunakan ampli
tsb
(penjelasan no.2). Untuk mereka yang biasa “manggung” sebaiknya
memilih ampli
dengan watt besar, karena menurut gua dengan watt yang besar gua
merasa lebih puas
dan lega (dalam artian powernya) di atas panggung, juga ‘feel’
yang gua rasakan lebih
sesuai untuk panggung.
Untuk pemilihan amplinya sendiri antara transistor atau tabung
lebih ke selera
masing-masing akan karakter soundnya.
6. Mobilitas ampli
Sering tidaknya ampli tersebut kita bawa-bawa baik hanya untuk
keperluan studio
(latihan atau recording) ataupun panggung, mungkin ikut
mempengaruhi pertimbangan
kita dalam memilih ampli. Bila mobilitas ampli tersebut rendah,
pilihan kita untuk
memilih ampli menjadi lebih luas karena kita tidak usah
repot-repot mempertimbang
resiko kerusakan saat ampli tersebut
‘mondar-mandir’ atau segi praktis dari ampli yang
kita inginkan. Tapi bila mobilitas ampli kita cukup
tinggi, ada baiknya kita
mempertimbangkan faktor resiko ‘mondar-mandir’ dan segi-segi
kepraktisan dari ampli
tersebut (misalnya memilih ampli yang sudah
memiliki roda untuk memudahkan kita
dalam memindahkannya, lebih memilih ampli dengan ukuran
‘mungil’ tanpa
mengenyampingkan power sebagai pertimbangan bila kita harus mengangkut
ampli
itu
sendirian, atau lebih memilih ampli transistor
dibandingkan ampli
tabung yang memiliki
faktor resiko yang cukup tinggi, dsb). Tapi tentu saja kita
tidak boleh ‘mengorbankan’
karakter sound kita.
7. Spare part (suku cadang) dan servis
Hal ini sering kali lewat dari pertimbangan kita, padahal
masalah ini tidak kalah
penting dibandingkan dengan masalah lainnya. Mudah tidaknya kita
dalam mencari spare
part maupun tenaga servis yang berpengalaman, menjadi hal wajib
bila suatu saat nanti
ampli kita mengalami kerusakan baik besar maupun
kecil (dimana kita dapat menemukan
toko yang menjual spare part pengganti? dimana kita bisa
men-servis ampli
tsb
dengan tenaga servis yang baik?). Kasus seperti ini sering
dijumpai, terutama untuk
produk-produk tertentu dimana masih banyak ‘tukang servis’ yang
masih belum
menguasai teknologi dari alat tsb, dan guangnya lagi kebanyakan
produk tersebut
justru produk-produk mahal yang terkenal di manca negara. Dengan
adanya
pertimbangan hal tsb, kita bisa lihat bahwa ampli
mahal, terkenal, dan berteknologi tinggi
bukan jaminan kita bisa menarik nafas lega.
Hal - hal di atas adalah pertimbangan-pertimbangan yang sering gua
gunakan jika gua
ingin membeli alat musik (tidak hanya ampli),
mungkin masih banyak pertimbangan lain
yang teman-teman miliki. Namun dari semua hal tersebut, ada hal
yang ingin gua
tekankan ke teman-teman yaitu minimal kita harus mengerti semua
fungsi (kegunaan)
knob yang terdapat pada ampli yang kita
inginkan. Dengan kita mengerti kegunaan knob
(fasilitas) yang terdapat pada ampli ybs, kita tidak
perlu ‘meraba’ ataupun mengira-ngira
settingan sound ampli tsb, dengan begitu kita bisa tahu hasil
sound-nya serta kemampuan
ampli tsb secara maksimal.
Rekomendasi dari rekan sesama musisi mungkin bisa juga dijadikan
referensi untuk
pertimbangan kita mencari ampli dan sound yang
sesuai, meskipun pada akhirnya kita
juga yang menentukan ampli apa yang akan kita pilih.
Sering juga terjadi dimana kita tidak bisa mendapatkan ampli
sesuai dengan yang kita
inginkan, baik soundnya, power, dan hal lainnya. Disini gunanya
kita mengetahui semua
fungsi yang terdapat pada ampli, karena banyak
rekan-rekan gua yang suka ‘meng-obokobok’
amplinya untuk memperoleh sound yang mereka mau.
Misalkan saja ampli 100
watt diganti dengan speaker 100 watt tetapi dengan merk dan
karakter yang berbeda, atau
watt-nya diganti dengan yang sedikit diatas 100, ada juga yang
mengganti potensionya
dengan produk yang lebih berkualitas.
Namun ada juga yang bereksperimen mengganti speaker 15” (combo) dengan
2 x 12”,
yang ini tentu saja ada perubahan dalam pembagian ohm dan
beberapa komponen
dalamnya. Ini sering mereka lakukan untuk eksplorasi sound bass,
mungkin bila di
instrument bass itu sendiri seperti mengganti pick up, merubah
active/passive,
fretted/fretless, dll. Semua hal ini boleh saja, tapi dengan
syarat bahwa pengetahuan kita
tentang alat itu sendiri cukup bagus, sebab jangan sampai kita
hanya sekedar mencoba
tanpa memiliki pengetahuan yang cukup tentang alat yang ingin
kita ‘obok-obok’.
Untuk memiliki pengetahuan yang cukup bagus tentang alat-alat
tersebut, selain
pengetahuan kita sendiri melalui manual book (buku panduan,
katalog), majalah-majalah
musik ataupun rekomendasi teman, ada baiknya kita sering
menghadiri pameran alat
musik, workshop, klinik musik, ataupun seminar mengenai alat
musik. Ini bisa
menambah pengetahuan kita di dalam mengenali suatu produk, atau
membuat
perbandingan karakter sound antara satu ampli
dengan lainnya. Dengan begini kita tidak
akan tertinggal dalam hal teknologi, terlebih teknologi selalu
berkembang sehingga
jangan sampai kita menjadi ‘gaptek’ dan mudah diperdaya oleh
iklan-iklan produk yang
tidak sedikit.
0 komentar:
Posting Komentar