Pages

Selasa, 25 Februari 2014

PROFIL Billy Sheehan

Tidak seperti seorang bassist kelompok Jazz, seorang bassist band rock biasanya kurang mendapat perhatian dari audiens-nya. Padahal rata-rata band rock juga punya bassist-bassist yang canggih, yang tidak hanya mampu mengawal ritme melainkan mampu memberi warna pada musik olahan kelompoknya. Sejarah musik rock memang pernah mencatat beberapa nama kondang. Namun bila dibandingkan dengan popularitas personil lain, terutama gitaris atau vokalisnya, seorang bassist kelompok musik rock jarang mendapat ekspos. Dari tahun 1970-an, ranah musik rock sempat mencuatkan nama John Entwistle. Tapi tetap saja, ia kalah pamor dari Pete Townsend, rekannya yang gitaris di The Who. Seangkatan dengan Enwistle ada juga John Paul Jones dari Led Zeppelin. Tapi meskipun permainannya handal dan skill-nya matang, tetap saja ia berada dibawah popularitas Jimi Page yang gitaris atau bahkan John Bonham, sang penabuh drum.

Memang, tidak semua bassist handal kalah pamor dari instrumentalis lainnya. Diantara mereka yang sedikit itu, terdapat nama : Geddy Lee (Rush), Paul McCartney (The Beatles), juga Gordon Summer a.k.a Sting dari The Police. Hanya saja, banyak juga yang bilang, popularitas mereka itu dikarenakan selain bermain bass, merekapun memang nyambi atau jadi lead-vocalist kelompoknya. Lantas, apakah ada bassist yang benar-benar murni bermain bass, handal permainannya, menonjol karakternya, sehingga punya pamor dan sama-sama populer dengan instrumentalis lainnya ?

Mereka yang beranjak remaja pada awal 90-an, terutama mereka yang berasal dari Indonesia, akan menjawab satu nama saja : Billy Sheehan dari kelompok Mr.Big, ketika disodori pertanyaan diatas. Bassist yang tahun 2009 ini memasuki usia 56 tahun itu, memang tak punya tanding dalam hal kesetaraan skill dan popularitas dari bassist-bassist kelompok musik rock lain pada awal 90-an. Di era kejayaan Hard Rock, Heavy Metal, Glam Rock dan Trash Metal tersebut, memang ada nama-nama bassist rock handal seperti : James LoMenzo (White Lion), David Ellefson (Megadeth), Billy Gould (Faith No More), Jason Newsted (Metallica), Brian Wheat (Tesla), Alec Jon Such (Bon Jovi) atau Nikki Sixx (Motley Crue). Tak ada satupun yang mampu menyetarakan antara skill dan pamor, atau antara karakter dan derajat kepopulerannya dengan personil satu kelompok, dibandingkan Billy Sheehan. Kalaupun ada yang bilang Nikki Sixx juga punya derajat kepopuleran yang sama, namun itu lebih karena penampilan dan sensasi kehidupan pribadi para punggawa Motley Crue, yang memang hingga detik ini menyandang citra :“Bad Boys”. Billy Sheehan jelas berbeda dari Nikki Sixx. Billy populer karena skill dan teknik-nya yang dikenal publik rock sebagai teknik “Lead-Bass”, sampai-sampai karena kehandalannya tersebut ia punya pamor sejajar dengan rekannya di Mr.Big, Paul Gilbert, yang juga tercatat dalam sejarah rock sebagai salah seorang guitar virtuoso. Bahkan, dibanding Eric Martin, sang vokalis dan frontliner Mr.Big, polling salah sebuah majalah online, Rocka-Rolla, menunjukkan : Billy lebih identik dengan Mr.Big dan juga lebih populer. Padahal, lazimnya dalam sebuah kelompok musik, pamor seorang vokalis mengalahkan pamor personil lainnya.

**
Sebagaimana rata-rata musisi bass kenamaan, Billy Sheehan berkenalan dengan musik lewat perantara gitar akustik. Penganut kepercayaan Scientology ini, secara intensif meminjam gitar akustik mirip saudarinya, yang kebetulan jarang dimainkan. Disaat merasa sudah terampil memainkan gitar akustik, Billy mengutarakan niatnya kepada sang nenek, untuk membeli sepucuk gitar elektrik. Hasrat penggemar berat Jimi Hendrix ini ditolak mentah-mentah oleh sang nenek, empu dari rumah tempat Billy menghabiskan masa kecil menuju remajanya. Billy muda yang kendati menggandrungi musik rock namun sangat menghormati orangtua ini, dengan sukarela mengurungkan niatnya, apalagi setelah sang nenek menghardik,”Kalau kamu mau menyimpan gitar listrik di rumah ini, maka langkahi dulu mayat saya !” Selama sang nenek hidup, kenang Billy Sheehan,”...selama itu pula aku menahan niatku membeli gitar listrik.” Tak lama setelah kejadian yang sangat berkesan di hati Billy itu, sang nenekpun meninggal dunia. Sedikit satir dan ironis memang, ketika Billy menggunakan beberapa lembar uang asuransi jiwa sang nenek, untuk membeli gitar listrik pertamanya. Namun tak lama dari itu juga, Billy terpikat model Fender Precision Bass yang digunakan Tim Bogert, bassist senior dari kelompok Vanilla Fudges. Dengan modal sepucuk gitar listrik bekas, ditambah sisa uang asuransi jiwa sang nenek, Billy membeli sepucuk bass elektrik merk Hagstrom yang menurutnya mirip dengan bass milik Tim Bogert, namun sedikit lebih murah harganya.

Ketika jari-jarinya kian kuat dan skill-nya kian mumpuni, Billy membentuk kelompok rock berformat trio bernama Talas, bersama dua rekannya sesama musisi berbakat NYC : Dave Constantino dan Paul Varga. Dave adalah salah seorang gitaris Blues Rock yang sangat disegani di New York bagian barat, terutama setelah ia merilis hits regional, “A Thing Of The Past”, bersama kelompok pertamanya The Tweed, pada tahun 1967. Paul Varga, drummer Talas, juga dikenal sebagai musisi berbakat yang tersohor diseantero regional sebagai “Keith Moon From Western New York”. Trio ini sempat menelurkan dua album yang terhitung sukses untuk lokal Amerika Serikat. Hits yang melegenda di scene Western New York dari dua album mereka itu diantaranya adalah : “See Saw”, “My Little Girl”, “Thickhead” dan “Any Other Day”. Sukses lokal Talas membawa mereka tampil sebagai opening act dari band-band yang lebih senior dan punya reputasi internasional. Diantara band-band yang pernah menggunakan Talas sebagai band pembuka adalah Aerosmith, Manfred Mann, gitaris blues Pat Travers, dan grup proyek solo Joe Perry, gitaris Aerosmith.

Kiprah Talas yang bisa dibilang menjadi jalan pembuka bagi Billy Sheehan, dalam mencapai puncak kariernya sebagai salah satu bassist terbaik di dunia adalah, terpilihnya Talas sebagai grup pembuka tour Van Halen. Momen tersebut digunakan oleh Billy untuk menyerap energi kreatif para personil Van Halen, yang memang terdiri dari instrumentalis dan entertainer berbakat. Saat itu, Billy kerap berdialog dan memerhatikan cara-cara Eddie Van Halen, gitaris Van Halen, dalam menguasai instrumen dan merancang aransemen musik. Billy sering juga bertukar pikiran dengan David Lee Roth, vokalis Van Halen, yang kelak tercatat sebagai salah satu vokalis rock dengan performa terbaik di dunia. Pengalaman bersama Van Halen-lah yang kemudian membuat bassist jangkung berjuluk “Billy Boy” ini, punya karakter berbeda dari rata-rata bassist rock sebelumnya, sejamannya ataupun sesudahnya.

Differensiasi dan ciri pertama yang membuat Billy bisa dibilang lebih unggul dari bassist rock lainnya adalah : repertoarnya yang mampu mengawinkan unsur perkusif dengan melodik (chording). Sementara bassist yang tenar sebelum dan sesudah Billy, kebanyakan hanya menggarap atau terpatok pada unsur bassist sebagai pengawal ritem yang perkusif. Ciri kedua yang membuat penggemar berat Jimi Hendrix ini layak disebut sebagai bassist virtuoso adalah : kepiawaiannya memainkan teknik two-handed tapping, yang sebelumnya hanya dikenal atau digunakan sebagai teknik permainan gitar elektrik. Bila Eddie Van Halen yang gitaris mengembangkan teknik ini dari Jimi Page, maka Billy mengembangkan teknik two-handed tapping for bassist ini dari Billy Gibbons, gitaris ZZ Top. Selain dua keunggulan tersebut, kepiawaian Billy diindikatori oleh kehandalannya dalam menerapkan teknik three-finger picking dalam mencabik dawai bass-nya. Ia juga, berbeda dengan bassist-bassist lain, kerap menyajikan sound feedback yang terkontrol, terutama dalam aksi-aksinya diatas pentas. Serupa dengan teknik two-handed tapping, kontrol feedback inipun sebelumnya hanya digunakan oleh para gitaris, bukan para pemain bass.

Kehandalan Billy yang terdokumentasi dalam album, video maupun aksi pentas grup-grup yang pernah diperkuatnya seperti Talas, David Lee Roth Band, Mr.Big dan Niacin, membuat ia berkali menduduki peringkat teratas dalam polling “Best Rock Bass Player” majalah bergengsi Guitar Player. Tak tanggung-tanggung, Billy lima kali terpilih sebagai “Best Rock Bass Player”, dari Readers Poll majalah tersebut. Prestasi itu, dalam sejarah Readers Poll yang diselenggarakan Guitar Player, hanya bisa disamai oleh para legenda rock lainnya, seperti : Jimi Hendrix, Paul McCartney, Geddy Lee bassist Rush, dan Eddie Van Halen. Disamping penghargaan Guitar Player, pada 27 Januari 1999, Billy mencetak tangan dan membubuhkan tandatangannya pada media handprints Hollywood Rockwalk yang terletak di bagian Guitar Center, Hollywood, Los Angeles. Reputasi Billy tidak hanya dihargai oleh publik Amerika saja. Majalah Player Magazine, juga majalah heavy metal nomor 1 di Jepang, Burrn !, sempat memberikan penghargaan serupa pasca penyelenggaraan Readers Poll untuk bassist rock terbaik. Billy bahkan sempat diundang juga untuk menerima penghargaan khusus dari insan musik Jepang, berikut penampilan spesial di Budokan Arena, Tokyo, sebuah balai konvensi yang kerap dianggap sebagai tempat penahbisan para seniman, khususnya musisi ternama untuk Asia dan Eropa.

**
Setelah karier gemilangnya sebagai instrumentalis di era 80 awal hingga 90 akhir, Billy Sheehan menapaki kariernya di era millenium dengan penampilannya bersama Mr.Big, dihadapan 40.000 audiens yang memadati Osaka Dome, Jepang. Setelah konser yang rekamannya menjadi salah satu best-selling album di era millenium awal itu, Billy mengemas semua talenta, skill dan pengalamannya dalam solo album pertamanya, Compression, yang dirilis pada 25 April 2001. Billy menulis lagu, bernyanyi, memainkan gitar 12-senar juga gitar 6-senar, memainkan bass, serta merancang aransemen perkusi menggunakan software drum programming. Kejutan di album ini, selain materi solo album yang mengetengahkan sisi personal Billy secara total, adalah penampilan Steve Vai dan Terry Bozio dalam lagu “Chameleon”. Hal ini menjadi teramat istimewa bagi para penggemar dan kritikus musik, mengingat momen kolaborasi Billy dan Stevie pada nomor “Chameleon” itu, adalah kolaborasi pertama setelah mereka berpisah dari David Lee Roth Band.

Kiprah solo Billy tidak menyurutkan niatnya untuk terus eksis bersama dua kelompok yang dibesarkannya, Mr.Big yang beraliran Rock dan Niacin yang beraliran Jazz. Hasrat Billy untuk memainkan sesuatu yang berbeda dan mencoba sesuatu yang baru selama ia mampu mencabik dawai bass-nya, terus terpelihara walaupun ia kini telah menjejak usia 56 tahun. Bersama Niacin-nya, Billy bahkan terus berkreasi untuk menciptakan sebuah New Musical Movement. Dengan dibantu oleh Dennis Chamber, maestro jazz drumming yang terkenal karena skill dan reputasinya di kelompok Funkadelic, Steely Dan dan Mahavishnu Orchestra, dan personil Niacin lainnya, kibordis John Novello, Billy Sheehan masih terus bereksperimen dan meliarkan akal kreatifitasnya

10 BASSIS TERBAIK

Dalam sebuah band, pemain bass acap kali tidak diperhitungkan. Padahal, bass adalah sebuah instrumen yang penting demi mulusnya tempo dalam sebuah lagu.Tapi tidak semua seperti itu. Ada beberapa pemain bass yang malah mencuri perhatian lebih.Berikut 10 pemain bass terbaik
1. Sid Vicious

Untuk musikalitas, sebenarnya Sid tidak ada spesialnya sama sekali. Bahkan konon ia sebenarnya tidak bisa bermain musik. Tapi yang luar biasa adalah bagaimana ia bisa menjadi icon Sex Pistols, padahal dia personel baru. Bahkan Malcom Mc Laren, Manager Sex Pistols pernah berkata: "Pada saatp manggung, penonton selalu lebih condong ke arah kiri. Karena mereka ingin dekat dengan Sid."

2. Michael "Flea" Barzaly
blog-apa-aja.blogspot.com
Flea merupakan anggota dari Red Hot Chili Peppers. Aksi panggungya terkenal atraktif. Musikalitasnya pun tinggi. Ia adalah seorang bassist yang berpengaruh pada dekade 90-an. Gayanya sangat original. Ia mencampurkan antara psychedelic rock, hard rock dan Punk.

3. Billy Sheehan
blog-apa-aja.blogspot.com
Ia adalah pentolan dari MR Big. Gaya bermain bass seperti memainkan gitar. Banyak memetik dengan tiga jari. Dia telah memenangkan polling dari Majalah "Guitar Player" sebanyak lima kali untuk "The Best Rock Bass Player".

4. John Entwistle
blog-apa-aja.blogspot.com
John Entwistle berasal dari sebuah band legendaris The Who. Tak heran John menjadi salah satu pemain bass terbaik dunia. Permainan progresiffnya banyak dijadikan panutan oleh pemain bass lain seperti Flea. Bahkan John adalah pelopor untuk band yang menghancurkan alatnya sesudah bermain.

5. John Myung
blog-apa-aja.blogspot.com
Ia adalah anggota dari Superband Dream Teathre. Pada awalnya, John adalah seorang pemain musik klasik. Tak heran kenapa sound-sound bassnya banyak terdengar seperti sebuah musik klasik. Instrumen yang pertama ia dalami adalah biola. Lalu pada umur 15 tahun, ia menjadi seorang pemain bass.

6. Aston Barett
blog-apa-aja.blogspot.com
Pemain bass yang mengiringi Bob Marley ini merupakan seorang musisi yang menciptakan pakem suara bass bagi musik-musik Reggae, Ska dan Rock Steady. Ia juga multi talenta, tidak hanya bermain bass, Aston Barret juga menjadi music director bagi The Wailers.

7. Cliff Lee Burton
blog-apa-aja.blogspot.com
Cliff Lee burton merupakan pemain bass pertama Metallica. Ia bertanggung jawab terhadap perkembangan bass di dunia metal dan trash saat ini. Ia punya sumbangsih besar dalam membuat musik Metallica menjadi unik. Cliff meninggal pada 1986 karena kecelakaan lalu lintas di Swedia.

8. Larry Graham
blog-apa-aja.blogspot.com
Pemain afro inilah yang mempopulerkan teknik memukul bass dengan jempol (slap). Ia dinobatakan sebagai pemain bass rock terbaik no. 3 sepanjang masa oleh Digital Dreamdoor. Larry juga adalah seorang penyanyi.

9. Paul Mc Cartney
blog-apa-aja.blogspot.com
Ia adalah pelopor di mana pemain bass yang muncul sebagai seorang frontman. Selain menjadi penyanyi utama, Paul juga menciptakan lagu bagi The Beatles. Jika John Lennon tidak bertemu Yoko Ono, mungkin Paul akan lebih populer.

10. Sting
blog-apa-aja.blogspot.com
Nama aslinya adalah Gordon Matthew Thomas Sumner. Ia lahir di Inggris dan menjadi penyanyi utama dalam The Police. Meskipun lebih dikenal karena lagu ciptaanya, namun tidak ada yang mergaukan musikalitas Sting dalam bermain bass. Nada yang ia ciptakan sangat berpengaruh terhadap dunia pop/jazz modern.

Sumber

Senin, 24 Februari 2014

TIPS MEMILIH AMPLI BASS


Tips Memilih Ampli Bass


Tips Memilih Ampli Bass


 Banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar memilih ampli, misalkan ampli
seperti apa yang murah dan bagus?(azas ekonomi), jenis ampli apa yang cocok dengan
musik ini/itu? Apakah ampli mahal soundnya pasti bagus? Kalau kita mainnya masih
biasa-biasa saja, apa perlu pakai ampli yang bagus ‘banget’? dan banyak pertanyaan
lainnya yang berhubungan dengan amplifier. Hal ini wajar menurut gua, karena
pertanyaan ini tidak hanya diajukan oleh mereka yang baru mulai belajar bass, namun
juga masih menjadi bahan pembicaraan dikalangan musisi yang sudah senior.
Untuk gua sendiri ada beberapa pertimbangan dalam memilih ampli (gua urut sesuai
kepentingannya), yaitu :
1. Budget
Berapa banyak uang / dana yang kita punyai. Ini awal dari semua rencana kita
dalam membeli barang. Benar-benar harus dipikirkan dengan matang, terutama untuk kita
memiliki dana terbatas. Teliti benar barang yang akan kita beli, sesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan kita, jangan dipaksakan. Begitu pula dengan mereka yang
memiliki kelebihan dana, jangan hanya karena mahal kita lantas membeli ampli tersebut
sementara sound dan karakter ampli tersebut tidak kita perhatikan. Perlu diketahui bahwa
ampli mahal tidak menjamin kita suka dengan soundnya..OK!?
2. Digunakan dimana?
Sebelum membeli ampli kita harus tahu akan digunakan dimana ampli ini, apakah
hanya di kamar saja? Di studio? Recording? Atau untuk panggung. Disini sebenarnya
tidak ada patokan yang baku, namun gua menyarankan kepada mereka yang mencari
ampli untuk kebutuhan panggung, sebaiknya mereka memilih ampli dengan watt diatas
65 watt. Ini dimaksudkan agar kita lebih mudah mendapatkan power dari sound ampli
tersebut, dan tidak memaksakan volume yang bisa mengakibatkan speaker menjadi
sember (lama-kelamaan).
3. Mencoba sound
Saat mencoba ampli kita gunakan bass kita sendiri, dengan demikian sound yang
dihasilkannya akan murni dari bass yang memang kita gunakan. Jangan mencoba ampli
yang kita inginkan dengan bass yang berbeda dari bass milik kita, ini bisa membuat kita
‘tertipu’ dengan sound yang dihasilkannya.
Untuk settingannya, setting awal semua knob EQ arah jam 12, coba selama
mungkin (antara 5 – 10 menit) dengan settingan bass yang biasa kita mainkan. Kemudian
kita otak-atik EQ atau fasilitas lain yang terdapat pada ampli tersebut untuk mencari
sound sesuai dengan yang kita inginkan (settingan bass jangan diubah), kita coba bermain
dengan menggunakan teknik bermain bass, yaitu fingering, slap, tap, atau dengan
menggunakan pick.
4. Amplifier type combo atau head cabinet
Pilih combo atau cabinet? Jawabannya “terserah”, karena keduanya saat ini sudah
sebanding. Memang bila kita melihat dari segi ‘performancehead cabinet terlihat lebih
professional, tinggal suka tidaknya kita akan sound yang dihasilkan. Untuk combo
sendiri, saat ini banyak combo dengan sound dan power yang ‘gila-gilaan’ tinggal selera
kita sesuai dengan yang mana.
5. Watt yang diinginkan
Ini berhubungan dengan tempat dimana kita akan menggunakan ampli tsb
(penjelasan no.2). Untuk mereka yang biasa “manggung” sebaiknya memilih ampli
dengan watt besar, karena menurut gua dengan watt yang besar gua merasa lebih puas
dan lega (dalam artian powernya) di atas panggung, juga ‘feel’ yang gua rasakan lebih
sesuai untuk panggung.
Untuk pemilihan amplinya sendiri antara transistor atau tabung lebih ke selera
masing-masing akan karakter soundnya.
6. Mobilitas ampli
Sering tidaknya ampli tersebut kita bawa-bawa baik hanya untuk keperluan studio
(latihan atau recording) ataupun panggung, mungkin ikut mempengaruhi pertimbangan
kita dalam memilih ampli. Bila mobilitas ampli tersebut rendah, pilihan kita untuk
memilih ampli menjadi lebih luas karena kita tidak usah repot-repot mempertimbang
resiko kerusakan saat ampli tersebut ‘mondar-mandir’ atau segi praktis dari ampli yang
kita inginkan. Tapi bila mobilitas ampli kita cukup tinggi, ada baiknya kita
mempertimbangkan faktor resiko ‘mondar-mandir’ dan segi-segi kepraktisan dari ampli
tersebut (misalnya memilih ampli yang sudah memiliki roda untuk memudahkan kita
dalam memindahkannya, lebih memilih ampli dengan ukuran ‘mungil’ tanpa
mengenyampingkan power sebagai pertimbangan bila kita harus mengangkut ampli itu
sendirian, atau lebih memilih ampli transistor dibandingkan ampli tabung yang memiliki
faktor resiko yang cukup tinggi, dsb). Tapi tentu saja kita tidak boleh ‘mengorbankan’
karakter sound kita.
7. Spare part (suku cadang) dan servis
Hal ini sering kali lewat dari pertimbangan kita, padahal masalah ini tidak kalah
penting dibandingkan dengan masalah lainnya. Mudah tidaknya kita dalam mencari spare
part maupun tenaga servis yang berpengalaman, menjadi hal wajib bila suatu saat nanti
ampli kita mengalami kerusakan baik besar maupun kecil (dimana kita dapat menemukan
toko yang menjual spare part pengganti? dimana kita bisa men-servis ampli tsb
dengan tenaga servis yang baik?). Kasus seperti ini sering dijumpai, terutama untuk
produk-produk tertentu dimana masih banyak ‘tukang servis’ yang masih belum
menguasai teknologi dari alat tsb, dan guangnya lagi kebanyakan produk tersebut
justru produk-produk mahal yang terkenal di manca negara. Dengan adanya
pertimbangan hal tsb, kita bisa lihat bahwa ampli mahal, terkenal, dan berteknologi tinggi
bukan jaminan kita bisa menarik nafas lega.
Hal - hal di atas adalah pertimbangan-pertimbangan yang sering gua gunakan jika gua
ingin membeli alat musik (tidak hanya ampli), mungkin masih banyak pertimbangan lain
yang teman-teman miliki. Namun dari semua hal tersebut, ada hal yang ingin gua
tekankan ke teman-teman yaitu minimal kita harus mengerti semua fungsi (kegunaan)
knob yang terdapat pada ampli yang kita inginkan. Dengan kita mengerti kegunaan knob
(fasilitas) yang terdapat pada ampli ybs, kita tidak perlu ‘meraba’ ataupun mengira-ngira
settingan sound ampli tsb, dengan begitu kita bisa tahu hasil sound-nya serta kemampuan
ampli tsb secara maksimal.
Rekomendasi dari rekan sesama musisi mungkin bisa juga dijadikan referensi untuk
pertimbangan kita mencari ampli dan sound yang sesuai, meskipun pada akhirnya kita
juga yang menentukan ampli apa yang akan kita pilih.
Sering juga terjadi dimana kita tidak bisa mendapatkan ampli sesuai dengan yang kita
inginkan, baik soundnya, power, dan hal lainnya. Disini gunanya kita mengetahui semua
fungsi yang terdapat pada ampli, karena banyak rekan-rekan gua yang suka ‘meng-obokobok’
amplinya untuk memperoleh sound yang mereka mau. Misalkan saja ampli 100
watt diganti dengan speaker 100 watt tetapi dengan merk dan karakter yang berbeda, atau
watt-nya diganti dengan yang sedikit diatas 100, ada juga yang mengganti potensionya
dengan produk yang lebih berkualitas.
Namun ada juga yang bereksperimen mengganti speaker 15” (combo) dengan 2 x 12”,
yang ini tentu saja ada perubahan dalam pembagian ohm dan beberapa komponen
dalamnya. Ini sering mereka lakukan untuk eksplorasi sound bass, mungkin bila di
instrument bass itu sendiri seperti mengganti pick up, merubah active/passive,
fretted/fretless, dll. Semua hal ini boleh saja, tapi dengan syarat bahwa pengetahuan kita
tentang alat itu sendiri cukup bagus, sebab jangan sampai kita hanya sekedar mencoba
tanpa memiliki pengetahuan yang cukup tentang alat yang ingin kita ‘obok-obok’.
Untuk memiliki pengetahuan yang cukup bagus tentang alat-alat tersebut, selain
pengetahuan kita sendiri melalui manual book (buku panduan, katalog), majalah-majalah
musik ataupun rekomendasi teman, ada baiknya kita sering menghadiri pameran alat
musik, workshop, klinik musik, ataupun seminar mengenai alat musik. Ini bisa
menambah pengetahuan kita di dalam mengenali suatu produk, atau membuat
perbandingan karakter sound antara satu ampli dengan lainnya. Dengan begini kita tidak
akan tertinggal dalam hal teknologi, terlebih teknologi selalu berkembang sehingga
jangan sampai kita menjadi ‘gaptek’ dan mudah diperdaya oleh iklan-iklan produk yang
tidak sedikit.

GENRE MUSIK YANG MUSIK NYA DIDOMINASI OLEH BASS

Nah banyak genre genre musik yang dalam penyajiannya didominasi oleh suara bass .
langsung saja kita lihat

  1. Reggae , musik yang berkembang di jamaika pada era 60-an ini memang sangat didominasi dengan suara bass karna musiknya yang bertempo lambat sangat tepat dengan suara dentuman bass yang menenangkan dan menimbulkan sensasi tersendiri.
  2. Jazz , Sebuah genre musik yang berkelas ini tidak hanya didominasikan oleh bass tapi juga suara dari saksofon dan piano ini memang cocok untuk bermain bass
  3. Blues
  4. Rock
  5. dan masih banyak lainnya  
 Walaupun begitu bass tetaplah elemen penting dalam bermusik , tak banyak juga orang yang tidak bisa membedakan suara bass dengan alat musik lainnya . mungkin karna di indonesia bass dipandang sebelah mata oleh banyak orang walau begitu bass tetap hal penting dalam bermusik